Cyla yang penuh cinta – Pesantren Jagat ‘Arsy

Sebelum santri masuk, sebagai coordinator GPS saya
sudah menyiapkan member silsilah dan GPS terbaru agar
kemudian waktu check in tiba, GPS bisa berkenalan
dengan orang tua dan santri. Tidak ada yang kebetulan,
hari check itu saya dipertemukan langsung dengan mami,
nenek, dan silsilah baru saya.
Alsyira Hamda Syaqia, begitulah nama lengkap dari
Cyila, Santri baru yang tampak imut dan manis dengan
senyum dan kacamata mininya. Pertemuan pertama saya
dengan Cyila adalah saat momen check in, momen
dimana seorang anak dengan tas, koper dan bawaan lainnya, dibantu oleh seorang ibu dan
nenek serta dua adik kecil turut meramaikan. Semuanya terlihat antusias, meski kesedihan
tidak luput terlihat dari pandangan karena akan melepas putri sulungnya untuk belajar di
pesantren.
Saya menyambutnya dengan senang sambil mengantarnya ke lokasi kamar. Tampak
dari awal sampai akhir Cyila tegar dengan umurnya yang masih belia untuk masuk ke dunia
pesantren. Setelah mengarahkan kamar dan mengobrol dengan orang tua Cyila, saya pun
mulai meninggalkan kamar dan menyambut santri yang lain.
Hari semakin sore, Cyila dengan baiknya sudah mulai bersosialisasi dengan teman,
saya kagum saat itu, tidak semua anak bisa cepat beradaptasi. Namun. Cyila sanggup untuk
itu. Selanjutnya, hari demi hari kehadiran Cyila menghibur saya dengan banyak sekali
momen baik yang tak mudah untuk dilupakan.
Surat Cinta untuk Bunda
Sore itu, Cyila mengahampiri saya dengan senyum sumringahnya, sambal membawa
secarik kertas dan menyatakan, “Miss, Cyila boleh minta tolong nggak?” tanyanya.
“Minta tolong apa kak?”, tanya saya kembali.
“Cyila mau titip surat untuk mami miss”, jawabnya sambil tersenyum.
“Boleh, kaka mau sambal buat video ucapan nggak buat mama?”
“Nggak deh ms, hehe.. takut nangis nanti”
Saya tidak meneruskan pertanyaan, mengingat matanya yang riang itu, seperti sedang
menutupi rasa rindu. Tapi hebatnya Cyila tidak mengeluh dan tetap menampilkan

senyumnya, meski sebetulnya tidak masalah kalaupun Cyila ingin mengangis karena rindu
dengan mami atau miminya (neneknya).
Momen itu, saya berpikir kalau Cyila adalah anak yang kuat. Sederhana sebetulnya, Ia tidak
ingin terlihat sedih dan membuat orang tersayangnya di rumah juga turut bersedih.
Surat Cinta untuk Dek Luna
Cyila selalu bisa memberikan saya kesan yang sederhana dan manis. Sore hari
tepatnya, Cyila menghampiri saya seraya tersenyum, kembali saya lihat tangannya yang
menggenggam secarik kertas. Saya sempat berpikir kalau kertas itu adalah surat titipan untuk
mami, hihi.. ternyata dugaan saya salah. “Miss, tolong kirimin surat buat dek luna dong..
hehe”, ucapnya. “oiya dek Luna habis ilang tahun yaa” jawab saya. “Iya ms, hehe.. tapi aku
telat suratnya.. tolong sampaein maaf ya miss karena telat kirim suratnya”, lanjutnya.
Sebelum mengirim surat, saya sempat membacanya karena kepo.

Sejenak saya terdiam, Pesan Cyila kali ini menyentuh sekali. Menggambarkan
seorang kakak yang menjaga adiknya dengan baik, dewasa, dan bijak sekali. Namun di sisi
lain juga lucu. Ketika santri lain ada yang menangis dan perlu kesabaran lebih untuk
menunggu waktu penjengukan, Cyila justru memberikan pesan untuk adiknya agar bersabar
mengingat sebentar lagi mereka bisa bertemu. Pesan bijak lainnya pun disampaikan Cyila
agar Luna bisa menjaga adik kecil mereka. Hubungan kakak-beradik itu mirip dengan
permen nano-nano, ada manis dan asam. Tapi tetap nikmat dan kadang dirindukan. Begitu
pula dengan Cyila, Luna, dan Boboy.
Happy Bday Dek Luna

Happy Birthday dek, semoga Panjang umur, sehat selalu, makin Sholehah. Jangan nakal
ya sama mami dan mimi �� Jangan berantem mulu sama boboy kesian maminya, jagain
boboy, jangan bikin boboy nangis
Bentar lagi kaka bole dijenguk
Sabar ya, love you
I miss you too ma and all

Ka Cyila

Si Bungsu yang Periang
Adzan dzuhur belum berkumandang saat itu, saya mulai menggelar sajadah di masjid
bersama santri lainnya. Tanpa saya sadari, ternyata Cyila menghampiri dan berdiri di
samping saya. Lagi-lagi sambil tersenyum manis Cyila menyapa, “Halo ms..”, sapanya
sambil mengulurkan tangan untuk salim. Ahh, manis sekali anak ini. Kedatangannya selalu
membuat saya tersenyum, yaa.. selalu.
Setelah itu saya berbisik ke Cyila, “Hari ini ulang tahunnya Kak Balqis lho”, ucap
saya. Mendengar itu, matanya berbinar seraya berkata “ waahhh.. iya miss?”, tanyanya
meyakinkan. “Iya, rencananya mau kita kasih surprise”, ucap saya. “Ayooo miss”, responnya
menyenangkan sekali.
How Initiative and Creative is She
Minggu adalah waktu terlongggar bagi anak-anak yang biasanya diisi dengan bermain
dengan teman, ekskul, dan sebagian tidur untuk mengisi energi di hari senin. Biasanya setalah
sholat isyroq dan duha, sebagian besar santri menuju dining room untuk makan pagi.
Sayangnya, saat itu Cyila memilih untuk ke asrama dari pada ke dining room terlebih dahulu,
saat kembali ke dining room, ternyata menu makanan sudah mulai habis. Nah, ini momen
menariknya.
Biasanya, santri yang kehabisan menu makanan akan lapor ke guru asrama atau
membuat mie instan di asrama, bahkan ada yang memutuskan untuk tidak makan saat itu.
Namun uniknya, Cyila mengambil mie instan dan tidak memasak dengan air panas,
melainkan menuju dapur dan memasaknya di dapur. Mengingat kompornya yang besar, Cyila
berinisiatif untuk meminta bantuan Ibu dapur agar bisa menyalakan kompor. Setelahnya
Cyila memasak mie itu. She is unique right? Ketika santri lain menyerah karena menu habis
atau memutuskan untuk memasak mie dengan air panas supaya mudah, Cyila memutuskan
untuk membuat dan meraciknya sendiri di dapur.
Point pentingnya, ia tidak mengeluh karena itu. Bahkan sampai saat ini saya tidak
pernah mendapatkan keluhan apapun dari Cyila meski ada yang tidak disukainya, hal itu
tidak menjadikannya sebagai bahan keluhan.

From her smile we can learn how to be grateful
Thanks for giving me a lot of special moment dear..

~Miss Muna~

Leave a Reply